“jika demokrasi pendidikan telah di bunuh maka
matilah pendidikan”
(irving illich)
Dalam khasanah pendidikan Indonesia sebagai cermin
terhadap analisis pendidikan bangsa ini telah banyak upaya yang di lakukan oleh
pemerintah dalam konsep pendidikan utopisnya dalam melakukan revisi
dunia pendidikan khususnya di Indonesia yang mana Eksistensi pendidikan
sebagai acuan bangsa ini dalam wilayah praksis seraya menumbuhkan keresahan
dari setiap lubuk hati terdalam anak bangsa. Pada setiap perkembangannya
pendidikan Indonesia selalu menawarkan metode sebagai instrumen dalam proses
belajar mengajar, namun ketika kita tilik secara kritis realitas
pendidikan Indonesia kontemporer cukup menjadikan representasi atas keadaan
masyarakat Indonesia yang kompleks yang kemudian menimbulkan pertanyaan kritis
di antaranya, mengapa pendidikan di Indonesia begitu meyesatkan? Apa sebenarnya
yang mendasari pendidikan Indonesia yang selalu berganti kulit sehingga tidak
punya pedoman yang jelas?. Dan apakah masih ada celah untuk kita menata kembali
wajah pendidikan Indonesia dan mampu melahirkan manusia-manusia merdeka
(raushanfekr)? Dalam khasanah pendidikan Indonesia sebagai cermin
terhadap analisis pendidikan bangsa ini telah banyak upaya yang di lakukan oleh
pemerintah dalam konsep pendidikan utopisnya dalam melakukan revisi
dunia pendidikan khususnya di Indonesia yang mana Eksistensi pendidikan sebagai
acuan bangsa ini dalam wilayah praksis seraya menumbuhkan keresahan dari setiap
lubuk hati terdalam anak bangsa. Pada setiap perkembangannya pendidikan
Indonesia selalu menawarkan metode sebagai instrumen dalam proses belajar
mengajar, namun ketika kita tilik secara kritis realitas pendidikan
Indonesia kontemporer cukup menjadikan representasi atas keadaan masyarakat
Indonesia yang kompleks yang kemudian menimbulkan pertanyaan kritis di
antaranya, mengapa pendidikan di Indonesia begitu meyesatkan? Apa sebenarnya
yang mendasari pendidikan Indonesia yang selalu berganti kulit sehingga tidak
punya pedoman yang jelas?. Dan apakah masih ada celah untuk kita menata kembali
wajah pendidikan Indonesia dan mampu melahirkan manusia-manusia merdeka
(raushanfiqr).
- Pendidikan Indonesia Masa Pra Kemerdekaan
Apabila kita petakan Pendidikan dalam etimologi
praksis yaitu pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, maka dalam
analisis kekinian pendidikan yang seharusnya menjadi instrument Humanisasi kini
berubah menjadi Dehumanisasi dalam wilayah praksis yang mana rakyat Indonesia
terjerumus pada krisis indentitas sebagai jati diri setiap individu, sungguh
ironis ketika segelintir orang malah cenderung bersikap apatis dalam menyikapi
transformasi social khususnya dalam dunia pendidikan. Secara kesejarahan,
pendidikan negeri ini sudah di dahulukan dengan petualangan dalam berbagai
metode yang di terapkan secara otoriter maupun pendidikan secara autodidak di
antaranya, sejak Pra-kemerdekaan Indonesia hingga kemerdekaan pasca kemerdekaan
17 Agustus 1945, banyak sekali persoalaan yang menimpa pendidikan negeri ini,
ketika bangsa ini berada di bawah genggaman penjajah baik Belanda maupun
Jepang, tubuh pendidikan negeri ini terus mengalami perubahan yang terus
mengikuti kepentingan penjajah dan menjadi alat kepentingan para Kolonialis,
bangsa ini di tindas dengan sedemikian rupa, kekuatan fisik rakyat kita di
kuras habis dan cenderung di jadikan pemuas nafsu para kolonialis. Demikian
halnya pembodohan terhadap negeri ini terus terjadi, hegemoni yang di lakoni
oleh para kolonialis melalui konsep pendidikan yang di terima oleh rakyat kita
tidak menjadikan rakyat ini cerdas, kritis, maupun kebebasan berpikir.
Pendidikan masa kolonial seraya bertujuan memperbudak bangsa ini dengan
cara mempartisi setiap elemen masyarakat dengan berbagai cara baik konteks
politik, ekonomi, dan sebagainya sehingga masyarakat tidak melakukan emansipasi
pikiran karena yang di pikirkan hanyalah persoalan perut dan ketakutan yang
terus membayang-bayangi alam pikir rakyat saat itu.
- Pendidikan A la Orde Lama
Setelah memproklamasikan kemerdekaan perkembangan
pendidikan pasca kolonial yang kita kenal dengan pemerintahan Orde Lama,
kembali memunculkan pertanyaan yang mendasar dari lubuk anak bangsa, bagaimana
masa depan pendidikan negeri ini yang di ihlami dari masa kolonial? Masa pasca
kolonialis cukup untuk membentuk budaya bisu dalam setiap sendi-sendi
masyarakat yang mengalami dekadensi mental secara holistik akibat penjajahan
yang sudah tidak masuk di akal sehat manusia normal. Model pendidikan dan nasib
bangsa ini, yang ditentukan oleh pendiidikan sebagai Instrumen yang bergantung
pada setiap rezim yang berkuasa. Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan
soekarno dalam rezim Orde Lama cukup memberikan ruang bebas dalam dunia
pendidikan Indonesia, konsep pemerintahan Soekarno yang sosialis jelas
mempengaruhi setiap kebijakan-kebijakan yang akan di ambilnya. Yang pasti
konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan prinsip dasar bahwa pendidikan
merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas social apapun.
Pada pemerintahan masa orde lama Indonesia mampu mengekspor guru ke Negara
tetangga, menyekolahkan ribuan mahasiswa keluar negeri dan menyebarkan
mahasiswa-mahasiswa keseluruh penjuru negeri untuk mengatasi buta huruf, tidak
mengherankan pada tahun 1960-an, terjadi peningkatan yang luar biasa di dalam
perkembangan pendidikan Indonesia karena begitu banyaknya perguruan
tinggi dan ini dapat artikan peningkatan jumlah mahasiswa dan pelajar diseluruh
negeri, para tenaga pengajar diupah dengan layak bahkan menjadi pekerjaan di
inginkan oleh rakyat. Beberapa hal yang dapat di pelajari dari pemerintahan
orde lama yaitu, pendidikan gratis memberantas buta huruf di kalangan rakyat.
Inni sama halnya dengan apa yang di lakoni oleh salah satu Negara yaitu Kuba,
kuba memprioritaskan pendidikan sabagai instrument dalam hal mempertahankan
revolusi yang di cita-citakannya dengan mewajibkan Negara menyediakan
pendidikan untuk rakyat. Dengan kata lain pendidikan di jadikan instrumen utama
untuk mengimplementasikan cita-cita ibu Pertiwi.
- Pendidikan A la Orde Baru
Setelah runtuhnya rezim Orde Lama yang di pimpin oleh
Soekarno yang mana di gantikan oleh Soeharto, berganti pula kostum pemerintahan
Indonesia di bawah kekuasaan Soeharto yang kemudian memfokuskan pola
pemerintahannya pada pembagunan dalam bidang infrastruktur secara progresif,
walaupun penguasa Orde Baru bersetubuh dengan pihak asing dalam bentuk
peminjaman secara besar-basaran dan melegalkan pihak asing untuk melakukan
infestasi di dalam tubuh negeri ini. Orde baru berlangsung dari tahun
1968-1998, dalam bidang pendidikan khususnya Pendidikan Dasar , terjadi
loncatan yang signifikan dengan adanya Intruksi Presiden terkait dengan
pendidikan dasar, akan tetapi kebijakan Intruksi Presiden (Inpres) pendidikan
Dasar belum di tindak lanjuti dengan peningkatan Kualitas, tetapi baru
pendidikan Kuantitas. Selain itu sistem Ujian negara dalam bentuk kemasan
Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) telah menjadi proses bunuh
diri, yaitu penentuan kelulusan siswa menurut Rumus-Rumus tertentu. Di sini
dapat kita simpulkan bahwa kualitas di zaman orde baru ataupun sikap
kritis dari setiap siswa mengalami dekadensi dalam hal menyikapi suasana social
yang semakin bobrok, bahkan banyak di kalangan kalembagaan sekolah berusaha
meluluskan 100% siswa-siswanya, sehingganya telah terjadi pembohongan di
kalangan public.
Sumber: Buletin "Raushan" (Media Pencerahan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar