Senin, 02 Desember 2013

Falsafah Bolaang Mongondow



"Bolaang", asal kata 'bolango' atau 'balangon', artinya Laut. "Mongondow", asal kata "Momondow", yg berarti ,’berseru tanda kemenangan'...Dari geografi fisiknya,Bolaang berada di wilayah Pesisir (desa Bolaang saat ini masih ada, tepatnya di kecamatan Bolaang, dulu desa ini adalah kedudukan ibukota kerajaan Bolmong). Mongondow (asal kata Momondow), artinya adalah ‘pekik kemenangan’ yg dilakukan Bogani dgn pengikutnya pada saat mendapatkan "tempat yg rata" di daerah pedalaman yang akan dijadikan tempat hidupnya yg baru (desa Mongondow, sekarang masih ada, terletak di Kota Kotamobagu)..

Arti filosofisnya, Bolaang Mongondow adalah wilayah yg mempunyai kekuatan (=potensi) Laut dan Daratan. Laut,dari sisi ekonomi mempunyai potensi seperti : sumberdaya ikan, ekosistem pesisir,kawasan teluk, pariwisata bahari, OTEC, sarana transportasi laut, dll. Sedangkan 'Daratan' mempunyai lahan pertanian yg luas, tambang emas, panas bumi, ekowisata,dll....

Sejarah menunjukkan, bahwa zaman Raja Loloda Mokoagow (abad 17), Bolmong dikenal sebagai kerajaan maritim, dengan menguasai wilayah pesisir Sulawesi bagian Utara (Dalam tulisan VOC Belanda, Loloda Mokoagow, dikenal sebagai ‘Koning Bolang, Mocoago)..

Nama kerajaan “Bolaang Mongondow”,.nanti disebut/dikenal pada abad ke 18,.ketika terjadi pemberontakan masyarakat Bolaang (pesisir) dan Mongondow (pedalaman, daerah Passi n Lolayan) terhadap penjajah Belanda, karena ditangkapnya Raja Salmon Manoppo yg kemudian dibuang ke Cape Town, Afrika Selatan. Pemberontakan ini dipimpin oleh Sadaha (wakil raja) Jambat, orang Mongondow (pedalaman)

Pemberontakan ini melahirkan persatuan antara orang Bolaang dan orang Mongondow untuk melawan penjajah,.akhirnya raja Salmon Manoppo, dikembalikan Belanda ke Bolmong, dan diangkat kembali menjadi raja...dalam tradisi ber-kerajaan (mungkin di Indonesia),.Raja Salmon Manoppo adalah satu-satunya raja yg diangkat kembali setelah diturunkan/dibuang,.karena dia masih dicintai oleh rakyatnya. Dia dicintai, karena dlm kedudukannya sebagai raja selalu mengemban amanah rakyatnya..sesuai amanah “Dodandian Paloko bo Kinalang” (hal ini ini bisa dijadikan pembelajaran,.karena saat ini banyak pejabat pemerintah, baik di daerah maupun pusat,.yg kadang2 membodohi bahkan mempreteli rakyatnya...he..he..he..)

Motobatu molintak kon Bolaang Mongondow..!
Yang menarik juga ada kabupaten bone-bolango dan sungai bolango di gorontalo... mungkin saling berhubungan... begitu juga dengan bolaang uki dan bolaang itang... Ada juga yang bilang asal kata 'golang' adalah tempat terbuka...?
Jadi sebenarnya bolaang yang lebih dulu berjaya dan nama mongondow muncul karena daerah itu ikut bersatu melawan belanda...?
Bagaimana dengan Bahasa? sekarang orang Kotamobagu selalu bilang bahasa Mongondow, bukan bahasa Bolaang... atau sudah menyatu?
Sekitar 1830an? ada tsunami di daerah pantai utara... apa juga ini menyebabkan ibukota berpindah.... dan kemana orang bolaang, apa semua pindah ke Kotamobagu...?
Menurut Koapaha, malah kata 'tou-tabuan' saling berhubungan dengan tou-tou lain seperti Bantik... atau toubantik.. yang kalo ditelusuri secara kerajaan berasal dari sulawesi tengah..dan tou-tou minahasa seperti....toudano... tounsea... dll..

Sebenarnya selain dari Bahasa... asal usul kita bisa ditelusuri dengan genetika... kalo tidak salah ada "genom project" yang saya liat di national geographic channel... tentang bagaimana orang afrika cikal bakal manusia moderen 50,000 tahun yang lalu melakukan migrasi ke asia tengah... kemudian ke asia dan terakhir ke eropa.... dan semua bisa dibuktikan dengan DNA...

Dan menurut Remy Silado (Tambajong) bahasa adalah sesuatu yang mengalir, tidak ada yang stagnant menjadi kaku... contohnya bahasa Indonesia... menurutnya 9 dari 10 kata dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa asing seperti sansekerta, arab, kawi dll... Bahasa Mongondow pun banyak kesamaan dengan Gorontalo dan Minahasa... yang mempunyai beragam etnik... hari isinin, salasa, arbaa dst... dari bahasa arab.... cabalo, batata, diminggu, sapatu dst... dari bahasa portugis/spanyol... dan banyak lagi bahasa belanda...

Makanan pun banyak yang impor dari luar... segala jenis singkong dan ubi banyak dari Amerika dan dibawa orang portugis... begitu juga nanas, alpukat, pisang, papaya, tomat, cabe, milu atau jagung... hampir semua impor dari luar...

Jadi yang asli yang mana? kita pun mestinya pendatang.... karena sebelumnya sudah ada bangsa negroid yang asli.... malah sebelumnya ada homo erectus... yang duluan datang.... buktinya banyak di pulau jawa... mungkin pisang goroho dan sagu termasuk makanan asli...? hmm perlu penelitian...

Tapi yang pasti adalah Motobatu Molintak kon Totabuan atau lebih tepat Bolaang Mongondow (menurut Pak Ridwan).... daripada mikir kepanjangan..
Ridwan Lasabuda (IPB) menulispada 06 Maret 2009 jam 5:11
Bung Amat dan utat-ku komintan…
Arti dari sebuah istilah (mis : Totabuan dan Bolaang Mongondow) bisa terjadi pelebaran makna,.sesuai dengan perkembangan zaman...Tetapi yang paling penting, kita harus memahami arti filosofis dari kata itu...Para ”mogoguyang”, pasti mempunyai harapan (atau doa) dalam menoreh istilah2 dimaksud...(walaupun ’Shakespeare’,.mengatakan : apalah arti sebuah nama...he.he.he)..
Di era Globalisasi ini,.ternyata makin banyak masyarakat, yang merindukan pencarian terhadap ’identitas dirinya’..(apakah itu satu ‘marga’, satu ‘lipu’, satu etnis..,dll)...ini mungkin sunatullah...Penelusuran identitas (=jati diri) ini menjadi penting, untuk menguatkan eksistensi pribadinya,.sehingga bisa menjadi spirit untuk ”maju”, baik secara pribadi maupun kelompok (tetapi jangan menjadi ’sukuisme’)..
Dr. Joutje Koapaha,.juga sedang melakukan eksplorasi ttg etnis Bantik,.untuk penguatan identitas diri...Zaman kerajaan dulu, raja-raja Bolaang Mongondow menggunakan orang Bantik, untuk menjadi ”peramal negeri”. Jika raja ingin mengadakan perjalanan dinas, biasanya perlu dipilih waktu yang tepat. Orang Bantik-lah yang diminta untuk meramalnya (biasanya melalui suara burung ’Monikulu’). Orang Bantik bahkan ada yang diangkat menjadi juru tulis kerajaan (Damo Mandagi)...Saat ini, masih ada desa Bantik di Bolmong, tepatnya di kecamatan Bolaang...
Pengalaman saya ketemu dengan Japi Tambayong (Remi Silado), dikediamannya (daerah Cipinang, Jakarta awal tahun 2008), sangat mengganjal hati saya hingga kini. Saya kebetulan dibawa seorang teman (asal Sangihe). Saat itu beliau (JT) sedang merampungkan Kamus Bahasa dan Budaya Manado-nya. Dalam perbincangan, beliau a.l. menjelaskan tentang sub etnis yang ada di Minahasa (Tonsea, Tolour, Tombulu & Tountemboan) dan interaksi antar sub etnis maupun dgn etnis yg lain. Pada satu kesempatan, saya bertanya tentang etnis ’Bolaang Mongondow’,.Secara tak terduga, beliau jelaskan bahwa etnis Bolmong adalah bangsa ”Budak”. Saat itu juga muncul ”spirit bogani” saya, mengcounter statement-nya. Saya tersinggung, karena penjelasan beliau dengan mimik yang serius dan meremehkan. Memang, beliau tdk tahu kalau saya asal Bolmong.
Yang saya tahu, di kerajaan Bolmong (sebelum raja DC Manoppo,1902) ada golongan ’ata’ (strata ’jobuat’ dan ’tahig’). Tetapi bukan etnis Bolmong secara keseluruhan....ha..ha..ha...
Ini menunjukkan bahwa kalau seseorang atau kelompoknya direndahkan, dia pasti akan melawan (baik secara fisik maupun ’intelektual’)....
Saya tahu bahwa JT adalah salah satu tokoh budaya di Indonesia, penerima Satya Lencana Kebudayaan dari Negara krn kepeloporan di bidang kesenian kontemporer, menguasai beberapa bahasa daerah di Indonesia, dan menguasai aksara Yunani, Ibrani, Cina dan Arab. Tapi kalau dia merendahkan etnis Bolmong,.saya akan melawannya...!
Bolaang Mongondow, tidak mengenal aksara tulis,.hanya bahasa lisan, sehingga sejarahnya hanya dihafal melalui Aimbu dan Totampit.
Aimbu, adalah rangkaian sajak yang dinyanyikan, berisi tentang berbagai kejadian dan sejarah perjalanan etnis ini. Dilakukan dalam ruangan yg besar oleh sekelompok ahli2 Aimbu, berdiri sambil berjalan berkeliling (biasanya dalam keadaan trance)
Totampit, adalah sajak yang berisi jalannya kekuasaan kerajaan ini, serta menerangkan batas-batas dari wilayahnya, perjalanan panglima perangnya (pongajounya), puji-pujian pada Ompuduata (Tuhan), para Boganinya, serta rajanya.
Zaman dahulu, disetiap ’lipu’, ada orang2 ’khusus’ yang dilatih untuk menghafal sajak-sajak ini, dengan tidak merobah atau menambah sepatah katapun. Ini untuk menjaga keluhuran dan keaslian isinya. Sehingga hingga turun temurun isinya dapat dilestarikan. Tokoh adat dan kepala desa di masing-masing ’lipu’ bertanggung jawab akan hal ini, dan mereka di kontrol oleh Penghulu (kepala wilayah adat) mis : wilayah adat Passi dan Lolayan. Secara keseluruhan tanggung jawab ini dipegang oleh Sadaha Tompunuon, sebagai pemegang adat istiadat, aturan2 dan hukum kerajaan se Bolmong.
Secara filosofis, hal di atas menunjukkan bahwa kerajaan Bolmong melalui Aimbu dan Totampit, selalu menanamkan rasa ’nasionalisme’ kepada masyarakatnya. Artinya, Bolmong adalah suatu negara yang berdaulat dan mempunyai hukum-hukum adat sendiri.
Sejarah menunjukkan bahwa : Bung Karno, menggunakan ”romatisme historis” tentang kebesaran ”kerajaan Sriwijaya” dan ”Majapahit” sebagai spirit bagi rakyat Indonesia untuk merdeka dari penjajahan Belanda. Demikian juga, Jenghis Khan, selalu tergiang-ngiang di telinganya, bagaimana neneknya menceritakan kebesaran/kehebatan dari sukunya, yang akhirnya menjadi spirit-baginya untuk menguasai Asia hingga Eropah...
Utat-ku komintan...etnis Bolaang Mongondow,.adalah etnis yang sejak dahulu selalu diperhitungkan dalam kawasan regional khususnya kawasan Utara Sulawesi,.
Akhirnya,.tidak ada yang dapat merobah nasib suatu kaum/bangsa kecuali bangsa itu sendiri.....
Kado-kadok in Nuangan (burung hutan dari Nuangan)
Mo tundu’ dalan Pongajow (menuntun perjalanan panglima perang)
Kiditoin libuton laga (menyusur pulau laga)
Bura’ dongkain pobotoyan (buihlah tempat mendayung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar