Senin, 02 Desember 2013

Pendidikan Utopis Anak Bangsa Sebagai Refleksi Cita-Cita Ibu Pertiwi By. Mohamad Rifaldi Mokoginta


jika demokrasi pendidikan telah di bunuh maka matilah pendidikan”
(irving illich)


Dalam khasanah pendidikan Indonesia sebagai cermin terhadap analisis pendidikan bangsa ini telah banyak upaya yang di lakukan oleh pemerintah dalam konsep pendidikan utopisnya dalam melakukan  revisi  dunia pendidikan khususnya di Indonesia yang mana Eksistensi pendidikan sebagai acuan bangsa ini dalam wilayah praksis seraya menumbuhkan keresahan dari setiap lubuk hati terdalam anak bangsa. Pada setiap perkembangannya pendidikan Indonesia selalu menawarkan metode sebagai instrumen dalam proses belajar mengajar, namun ketika  kita tilik secara kritis realitas pendidikan Indonesia kontemporer cukup menjadikan representasi atas keadaan masyarakat Indonesia yang kompleks yang kemudian menimbulkan pertanyaan kritis di antaranya, mengapa pendidikan di Indonesia begitu meyesatkan? Apa sebenarnya yang mendasari pendidikan Indonesia yang selalu berganti kulit sehingga tidak punya pedoman yang jelas?. Dan apakah masih ada celah untuk kita menata kembali wajah pendidikan Indonesia dan mampu melahirkan manusia-manusia merdeka (raushanfekr)? Dalam khasanah pendidikan Indonesia sebagai cermin terhadap analisis pendidikan bangsa ini telah banyak upaya yang di lakukan oleh pemerintah dalam konsep pendidikan utopisnya dalam melakukan  revisi  dunia pendidikan khususnya di Indonesia yang mana Eksistensi pendidikan sebagai acuan bangsa ini dalam wilayah praksis seraya menumbuhkan keresahan dari setiap lubuk hati terdalam anak bangsa. Pada setiap perkembangannya pendidikan Indonesia selalu menawarkan metode sebagai instrumen dalam proses belajar mengajar, namun ketika  kita tilik secara kritis realitas pendidikan Indonesia kontemporer cukup menjadikan representasi atas keadaan masyarakat Indonesia yang kompleks yang kemudian menimbulkan pertanyaan kritis di antaranya, mengapa pendidikan di Indonesia begitu meyesatkan? Apa sebenarnya yang mendasari pendidikan Indonesia yang selalu berganti kulit sehingga tidak punya pedoman yang jelas?. Dan apakah masih ada celah untuk kita menata kembali wajah pendidikan Indonesia dan mampu melahirkan manusia-manusia merdeka (raushanfiqr).

 
  • Pendidikan Indonesia Masa Pra Kemerdekaan
Apabila kita petakan Pendidikan dalam etimologi praksis yaitu pendidikan adalah proses memanusiakan manusia, maka dalam analisis kekinian pendidikan yang seharusnya menjadi instrument Humanisasi kini berubah menjadi Dehumanisasi dalam wilayah praksis yang mana rakyat Indonesia terjerumus pada krisis indentitas sebagai jati diri setiap individu, sungguh ironis ketika segelintir orang malah cenderung bersikap apatis dalam menyikapi transformasi social khususnya dalam dunia pendidikan. Secara kesejarahan, pendidikan negeri ini sudah di dahulukan dengan petualangan dalam berbagai metode yang di terapkan secara otoriter maupun pendidikan secara autodidak di antaranya, sejak Pra-kemerdekaan Indonesia hingga kemerdekaan pasca kemerdekaan 17 Agustus 1945, banyak sekali persoalaan yang menimpa pendidikan negeri ini, ketika bangsa ini berada di bawah genggaman penjajah baik Belanda maupun Jepang, tubuh pendidikan negeri ini terus mengalami perubahan yang terus mengikuti kepentingan penjajah dan menjadi alat kepentingan para Kolonialis, bangsa ini di tindas dengan sedemikian rupa, kekuatan fisik rakyat kita di kuras habis dan cenderung di jadikan pemuas nafsu para kolonialis. Demikian halnya pembodohan terhadap negeri ini terus terjadi, hegemoni yang di lakoni oleh para kolonialis melalui konsep pendidikan yang di terima oleh rakyat kita tidak menjadikan rakyat ini cerdas, kritis, maupun kebebasan berpikir. Pendidikan masa kolonial  seraya bertujuan memperbudak bangsa ini dengan cara mempartisi setiap elemen masyarakat dengan berbagai cara baik konteks politik, ekonomi, dan sebagainya sehingga masyarakat tidak melakukan emansipasi pikiran karena yang di pikirkan hanyalah persoalan perut dan ketakutan yang terus membayang-bayangi alam pikir rakyat saat itu. 

  • Pendidikan A la Orde Lama
Setelah memproklamasikan kemerdekaan perkembangan pendidikan pasca kolonial yang kita kenal dengan pemerintahan Orde Lama, kembali memunculkan pertanyaan yang mendasar dari lubuk anak bangsa, bagaimana masa depan pendidikan negeri ini yang di ihlami dari masa kolonial? Masa pasca kolonialis cukup untuk membentuk budaya bisu dalam setiap sendi-sendi masyarakat yang mengalami dekadensi mental secara holistik akibat penjajahan yang sudah tidak masuk di akal sehat manusia normal. Model pendidikan dan nasib bangsa ini, yang ditentukan oleh pendiidikan sebagai Instrumen yang bergantung pada setiap rezim yang berkuasa. Sejarah membuktikan bahwa kepemimpinan soekarno dalam rezim Orde Lama cukup memberikan ruang bebas dalam dunia pendidikan Indonesia, konsep pemerintahan Soekarno yang sosialis jelas mempengaruhi setiap kebijakan-kebijakan yang akan di ambilnya. Yang pasti konsep sosialisme dalam pendidikan memberikan prinsip dasar bahwa pendidikan merupakan hak semua kelompok masyarakat tanpa memandang kelas social apapun. Pada pemerintahan masa orde lama Indonesia mampu mengekspor guru ke Negara tetangga, menyekolahkan ribuan mahasiswa keluar negeri dan menyebarkan mahasiswa-mahasiswa keseluruh penjuru negeri untuk mengatasi buta huruf, tidak mengherankan pada tahun 1960-an, terjadi peningkatan yang luar biasa di dalam perkembangan pendidikan Indonesia  karena begitu banyaknya perguruan tinggi dan ini dapat artikan peningkatan jumlah mahasiswa dan pelajar diseluruh negeri, para tenaga pengajar diupah dengan layak bahkan menjadi pekerjaan di inginkan oleh rakyat. Beberapa hal yang dapat di pelajari dari pemerintahan orde lama yaitu, pendidikan gratis memberantas buta huruf di kalangan rakyat. Inni sama halnya dengan apa yang di lakoni oleh salah satu Negara yaitu Kuba, kuba memprioritaskan pendidikan sabagai instrument dalam hal mempertahankan revolusi yang di cita-citakannya dengan mewajibkan Negara menyediakan pendidikan untuk rakyat. Dengan kata lain pendidikan di jadikan instrumen utama untuk mengimplementasikan cita-cita ibu Pertiwi.

  • Pendidikan A la Orde Baru
Setelah runtuhnya rezim Orde Lama yang di pimpin oleh Soekarno  yang mana di gantikan oleh Soeharto, berganti pula kostum pemerintahan Indonesia di bawah kekuasaan Soeharto yang kemudian memfokuskan pola pemerintahannya pada pembagunan dalam bidang infrastruktur secara progresif, walaupun penguasa Orde Baru bersetubuh dengan pihak asing dalam bentuk peminjaman secara besar-basaran dan melegalkan pihak asing untuk melakukan infestasi di dalam tubuh negeri ini. Orde baru berlangsung dari tahun 1968-1998, dalam bidang pendidikan khususnya Pendidikan Dasar , terjadi loncatan yang signifikan dengan adanya Intruksi Presiden terkait dengan pendidikan dasar, akan tetapi kebijakan Intruksi Presiden (Inpres) pendidikan Dasar belum di tindak lanjuti dengan peningkatan Kualitas, tetapi baru pendidikan Kuantitas. Selain itu sistem Ujian negara dalam bentuk kemasan Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (EBTANAS) telah menjadi proses bunuh diri, yaitu penentuan kelulusan siswa menurut Rumus-Rumus tertentu. Di sini dapat kita simpulkan bahwa kualitas di zaman orde baru  ataupun sikap kritis dari setiap siswa mengalami dekadensi dalam hal menyikapi suasana social yang semakin bobrok, bahkan banyak di kalangan kalembagaan sekolah berusaha meluluskan 100% siswa-siswanya, sehingganya telah terjadi pembohongan di kalangan public.

Sumber: Buletin "Raushan" (Media Pencerahan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar